Chapter 1
Sabtu sore dengan pemandangan sunset yang
begitu indah, duduk seorang anak laki-laki sambil memandangi birunya air laut
yang mulai menghitam. Seraya terlintas tanya dalam fikirannya “apa yang akan terjadi esok hari?”.
Fikri, seorang anak SMA di kota Kendari yang sedang mencoba meredam kerasnya
detak jantungnya. Saat ini seluruh siswa SMA sedang menanti pengumuman
kelulusan yang akan di umumkan serentak di seluruh Indonesia pada hari Senin.
Suasana
berbeda terlihat di wajah Anita, salah seorang siswi di salah satu SMA di Kab.
Konawe yang lebih memilih menghilangkan kegelisahannya dengan cara hang out
bersama teman-temannya. Anita yang selalu ceria, optimis dan mempunyai
keinginan untuk bisa lebih gaul dari teman-temannya, salah satunya setelah
lulus, dia ingin melanjutkan kuliah di salah satu perguruan tinggi di Jawa.
Menurut Anita jawa memiliki pendidikan yang bagus, disamping itu dia ingin
terlihat begitu gaul.
Diseberang pulau di Sulawesi Tenggara, hidup
2 orang anak laki-laki dari daerah yang berbeda namun memiliki karakter yang
hampir sama. La Nawe, siswa SMA yang begitu cerdas di Kota. Buton. Walaupun
pengumuman kelulusan SMA tersisa 2 hari lagi namun La Nawe telah memastikan
dirinya di terima di Fakultas hukum Universitas Brawijaya Malang karena prestasinya.
Sedangkan Anwar seorang siswa SMA di Kab. Muna selalu memiliki ambisi yang kuat
untuk membangun daerahnya setelah lulus dari bangku SMA, namun orang tuanya
selalu mendesaknya untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
Hari terus berganti, tiba hari dimana seluruh
siswa SMA merayakan kelulusan mereka, tidak terkecuali Fikri, Anita, La Nawe
dan Anwar yang juga lulus dalam Ujian Nasional. Mereka memiliki cara
masing-masing untuk meluapkan kegembiraan mereka.
1 bulan kemudian setelah kelulusan, “Om..Tante, saya mau berangkat mi ke Malang”
kata Fikri meminta izin kepada om dan tante yang selama ini merawat dia. “iye nak, belajar ko baik-baik nah?”
jawab tante. Fikri pun berangkat dan tiba di Bandara Juanda. Riuh suara penumpang
memadati bandara Juanda di Kota Surabaya. “Travel..travel
Malang mas?.” Travel menawarkan jasanya ke Fikri. Tanpa banyak banyak kata,
Fikri pun menaiki sebuah travel, di dalam mobil, duduk seorang gadis yang juga
memiliki tujuan yang sama tepat disamping Fikri.
Teriknya
matahari di Surabaya mengiringi perjalanan mereka ke Malang.
“Mau ke Malang juga..dari mana?” Tanya gadis itu kepada Fikri.
“ohh…iya” jawab Fikri dengan sedikit
terkejut,
“Saya baru di terima kuliah di Malang…dari
Kendari” Sambung Fikri dengan nada canggung.
“Sama jie pale, klu saya juga dari Unaaha” Jawab gadis itu sambil tersenyum.
“Oh iyo kah.. saya Fikri” sambung Fikri sambil menjulurkan tangannya.
“Anita…” jawabnya sambil menjabat tangan
Fikri. Perkenalan itu menambah hangatnya Suasana perjalanan.
Kehidupan perkuliahan di Kota Malang pun
berlangsung, Fikri dan Anita tinggal disebuah kos-kosan dan mereka memiliki
kampus yang berbeda, Fikri kuliah di Fakultas Tehnik Brawijaya, sedangkan Anita
kuliah di Fakultas Ekonomi UMM. Sesekali saat tidak sibuk dengan kuliah mereka berdua
bertemu untuk melepas kepenatan selama kuliah. Mereka berdua baru pertama kali
menginjakkan kaki di kota Malang, kota yang sejuk dengan kehidupan yang ramah.
Mereka sama sekali tidak memiliki kenalan di Malang, terkadang merasa kesepian
dan rindu untuk pulang ke kampung halaman.
Di salah satu kantin Kampus brawijaya, “Bu..pesan kopi susu” sahut Fikri sambil
duduk dan memegang sebuah selebaran yang diambilnya di mading kampus. “IPPMAK…Ikatan Pemuda Pelajar Mahasiswa
Kendari???” sambil membaca selebaran itu. “Ada pale perkumpulannya nak Kendari disini!!” sambil mengkerutkan
dahi, Fikri mencermati selebaran yang berisikan ajakan bagi mahasiswa yang
berasal dari kota Kendari untuk bergabung dalam sebuah organisasi yang bernama
IPPMAK.
Fikri sangat
senang mengetahui bahwa dia akan punya teman baru sesama anak Kendari disini. Tak
membuang waktu, Fikri pun memutusan untuk bergabung dan langsung menghubungi
Contact Person yang tercantum di dalam selebaran.
Suatu sore yang sejuk “tiiiiittt….tiiitttt….” Dering suara Handphone. Fikri pun menjawab
panggilan teleponnya dan terdengar suara.
“Halloo...Fikri….ini
sy imran dari IPPMAK”.
“Oh iya
kanda” Jawab Fikri.
“Bisa
ko datang ke sekretnya IPPMAK Jam 4, ada pertemuan” Sambung Imran yang
merupakan salah satu pengurus di IPPMAK.
“Iya
bisa jie kanda..”
“Saya
tunggu ko pele di Sekret Dinoyo Regency Kav.21 nah.. Asslkm”.. Seru Imran
“Walkm
salam..” Fikri menjawab salam. “Tuuutt…tuttt”
Suara telepon pun terputus
Fikri pun mengakhiri pembicaraan dan bergegas
mengganti bajunya untuk datang ke sekretariat IPPMAK. Pukul 16.25 WIB, Fikri
pun tiba di sekretariat dan untungnya pertemuannya belum dimulai. Fikri
tersentak kaget melihat telah banyak orang yang berkumpul di sekretariat. Fikri
tak langsung bergegas masuk karena masih merasa malu. Sambil melirik ke kiri
dan ke kanan Fikri berharap ada orang yang dia kenal.
“Fik… Fikri…!!!” terdengar sahutan dari
dalam ruangan.
Fikri pun kaget setelah melihat ternyata yang
memanggilnya itu adalah Anita. Fikri pun melangkah mendekati Anita yang duduk
disebuah kursi.
“Hay Nit…Ko
datang juga, kenapa bisa?” Tanya Fikri
“Saya di
ajak sama seniorku, jadi sa datang mi..”
jawab Anita “ Kalau kau..?” sambung
Anita.
“Ohh.. saya
baca di selebaran, saya kira untuk anak kendari jie ini..”Jawab Fikri dengan nada pelan.
“Bisanya
itu… itu sana ada dari Buton dengan Muna” Jawab Anita sambil menunjuk ke
arah Anwar dan La Nawe yang duduk
bersebelahan.
Fikri pun
kaget melihat kedua kedua orang tersebut, ternyata selain Fikri dan Anita,
kedua orang tersebut juga adalah salah sorang mahasiswa baru di Malang dari
Buton dan Muna dan ikut bergabung. Setelah mendapatkan informasi dari pengurus,
Akhirnya Fikri tahu kalau IPPMAK tidak hanya beranggotakan orang-orang dari kota
Kendari saja, tapi terbuka untuk seluruh masyarakat Sulawesi Tenggara yang menempuh
pendidikan di Malang, baik itu masih sekolah, kuliah, bahkan yang sedang
bekerja di Malang.
Pertemuan itupun berjalan dengan nuansa
kebersamaan, keakraban dan harmonisasi, tak terlihat sedikitpun ada perbedaan
antara mereka. Fikri, Anita, La Nawe, dan Anwar pun saling berkenalan dan
memulai sebuah keakraban. Setelah pertemuan itu, hari-hari mereka berempat pun
tidak lagi terasa sepi, mereka sering datang ngumpul di sekret atau bahkan
makan dan nongkrong bersama ditengah-tengah kesibukan kuliah masing-masing.
Hari berganti hari, bulan berganti bulan, persahabatan mereka berempat semakin
erat. Mereka terlihat begitu antusias
dan aktif dalam setiap kegiatan-kegiatan IPPMAK. Hingga suatu hari, IPPMAK akan
mengadakan sebuah kegiatan Festival Budaya, dan akan memberikan tanggung jawab
kepanitiaan kepada anggota yang baru. Kabar itu memberikan daya tarik
tersendiri bagi Fikri, Anita, La Nawe dan Anwar sebagai anggota baru di IPPMAK.
Suasana malam di kota Malang yang begitu
ramai dengan tempat-tempat tongkrongan mempertemukan mereka berempat disebuah
warung kopi emperan Jalan. Mereka berkumpul, bercanda dan saling berbagi
cerita.
“Ehh.. komorang sudah dengar Festival Budaya?”
Tanya Anita
“Iyo sudah mi sa dengar.. bulan depan
penyusunan panitia itu” Jawab La Nawe
“iii…saya
yang cocok jadi ketua panitia itu!! Sambung Anwar
“Pedemu itu cowok…” Sahut Anita dengan
senyum tipis
Anwar yang
dikenal memiliki tempramen tinggi pun tersinggung dengan ucapan Anita, Anwar
merasa dirinyalah yang paling pantas untuk menjadi ketua.
“Jadi, sapa katanya!!?Kau perempuan mau jadi
ketua,eh kau cocok di dapur saja kunee!!??”
balas Anwar dengan nada tinggi dan ketus.
Anita yang cerewet dan selalu ingin terlihat
gaul, merasa menjadi Ketua di Festival Budaya adalah momen yang tepat agar bisa
dikenal oleh orang banyak. Pertengkaran mulut antara Anita dan Anwar pun berlanjut
hingga melebar sampai menghina pribadi masing-masing.
“Siapa saja
bisa, saya juga pantas..” Sambung La
Nawe memotong pertengkaran antara Anita dan Anwar sambil memegang sebuah buku
yang selalu dia bawa kemanapun dia pergi. La Nawe pun merasa pantas karena
dirinya adalah orang yang pintar.
“Apa juga kau itu kutu buku mau jadi ketua!!”
Sambung Anwar
“ehh war.. Ko jaga-jaga itu mulutmu belaa!!”
Balas La Nawe
Masing-masing
mulai menunjukkan keegoisan dan keuunggulan yang mereka miliki. Suasana Dingin
malam di Kota Malang menjadi sedikit menghangat oleh pertengkaran mereka. Fikri
yang dikenal pendiam, awalnya hanya duduk diam dan menikmati pertengkaran itu.
“Prakkkkk!!” sambil berdiri Fikri memukul meja yang ada
yang ada dihadapannya.
Sejenak
mereka semua terdiam kaget sambil memandangi Fikri yang tiba-tiba memukul meja
dengan penuh kemarahan. Fikri terlihat sudah tak dapat menahan emosinya melihat
pertengkaran itu.
“Kenapa ko pukul meja!!?” Tanya Anwar
“Ko diam!!” Jawab Fikri
“Komorang kira, komorang itu siapa?Hahh!!” Sorotan mata fikri tajam “IPPMAK itu organisasinya anak Kendari, Truss siapa komorang mau jadi
ketua??”sambung Fikri
Fikri langsung pergi meninggalkan mereka tanpa
pamit. Suasana persahabatan, dan kekeluargaan yang mereka bangun selama ini
tiba-tiba berantakan seperti tersapu tsunami hanya karena ingin mempertahankan
keegoisan dan ambisi masing-masing. To be Countinue...
"Seperti apa
kelangsungan kisah mereka, nantikan Episode Berikutnya!!"
Selalu kunjungi Blogku yaa
perasaaan tidak bgitu deh,.,.,.,.
BalasHapustpi siiip lah bwt ceprnx.,.,.,.,.,.hahahahhaaha
memang tidak ada yg seperti itu. Film pun tidak ada yg pernah sama dgn kenyataan aslinya. semua cuman fiktif belakang.
BalasHapus