Aku berjalan
dikheningan malam yang tak seorang pun melihatku, aku berteriak ditengah
derunya ombak tentantang apa yang kurasakan, laut pun surut mendengar
teriakanku. Angin berhenti berhembus, jangkrik mengganti nyanyian kegembiraan
dengan lagu kesedihan. Pepohonan ikut menangis dengan menggugurkan dedaunannya.
Sedangkan aku tak mampu menangis dan hanya terdiam meratapi perasaan sakit yang
kualami.
Ku berlutut di tumpukan pasir pantai dengan
memangku harapan yang sulit tuk kujalani. Ku tatap langit yang dihiasi
keceriaan bintang seolah bertanya tentang rasa sakit yang kualami. Jiwaku sakit
namun tak ada yang bisa melihat rasa sakit itu. Ingin kukatakan kepada semua
orang tentang apa yang kurasakan namun siapa yang akan mempercayai? Apakah
memang hanya kepasraan yang selalu hadir di saat semua orang tak mau lagi tuk
mengerti dan mendengar jeritan hati dari keceriaan orang yang ternyata sakit?
Sulit bagiku menampakkan teori yang selama
ini kubanggakan kepada semua orang, karena ada sesuatu dalam diriku yang mereka
tak mengerti. Mereka mencemoh dan menertawai tentang teori yang kukembangkan
karena ternyata itu hanya bualan kosong yang keluar dari mulut orang yang
dianggap selalu mencari perhatian dengan kata-kata. Aku hanya ingin menebarkan
keceriaan seperti langit yang selalu dihiasi
dengan sinar rembulan. Sedangkan hatiku sendiri diselimuti kegelapan malam
tanpa bintang. Ku beranjak kedunia cinta yang dianggap dapat meluluhkan semua
perasaan sakit menjadi kenikmatan dan kepedihan
menjadi kebahagian, namun jiwaku menderita karena adanya perpisahan dalam cinta
dan kehidupan.
Ternyata
keceriaanku merupakan rasa sakitku dan diamku adalah pertanyataan tentang apa
yang kurasakan. Kubuat mereka gembira dan tersenyum dengan cinta, sedangkan
senyumku sendiri adalah ungkapan kepedihanku. Kuhirup asap rokok dari
orang-orang yang merasa bahagia, tapi aku tak bisa turut merasakan kebahagian
mereka. Kuhibur mereka yang merasa sedih sedangkan aku sedang sedih. Dapatkah
alam meberitahukan kepada mereka tentang sesuatu didalam diriku yang tak mampu
kuungkapkan lewat kata-kata yang sering kukeluarkan? Rasa sakit ini telah
merenggut sebagian dari kebanggaanku. Serasa esok dunia kan memanggilku tuk kembali bersama
tanah-tanah pekuburan yang menimbun jasad yang tak pernah mampu membahagiakan
dirinya sendiri. Kenapa aku ini? Kenapa aku tak bisa merasakan kebahagian yang
begitu banyak bertebaran di dunia ini?
Ku
bentangkan sejadah ditelapak kakimu wahai penciptaku, ku bersujud mencium
kakimu seraya memohohon ampunan dan pemecahan tentang masalah dalam diriku,
karena aku tak mampu medengar jawaban alam, aku tak mampu melihat cahaya yang
ada di duniamu. Aku hanya manusia penuh
dengan dosa yang selalu mecari keabadian cinta. Duniamu terlalu luas untuk
kujelajahi sendiri, aku menangis tanpa air mata dengan mengingat nama-Mu,
terungkap kembali semua luka lama dan semua dosa yang telah ku perbuat. Aku
yang dilahirkan dari kegelepan rahim namun diterangi dengan keceriaan saat
mereka memangku dan menimangku. Tapi saat ini sebelum aku memberikan sesuatu
yang berarti buat mereka semua, aku sudah berpikiran akan pergi meninggalkan
dunia ini dengan air mata yang tak sanggup tuk usap.
Aku
sadar segala sesuatu yang didunia ini berada ditangan-Mu wahai yang mengaku
penciptaku. Jika engkau maha mengetahui, maka beri tahu aku jawaban yang tak
pernah kutemukan dalam diriku. Jika kau mampu membuat dedaunan bergoyang dan
angin berhembus dengan kencangnya, maka buatlah jiwaku bangkit dari lilitan
kafan yang akan ikut terkubur dengan jasadku. Jasadku masih berjalan didunia
ini namun jiwaku telah kau panggil bersama orang-orang yang pendosa. Katakanlah
bahwa aku seorang pecundang yang diberi kehidupan untuk menebarkan kebohongan
dan mencari keabadian cinta yang hanya
berada diruang yang hampa. Apakah semua orang didunia ini masih berjalan
dengan kakinya sendiri atau mereka berjalan dengan kaki yang tak lagi menyentuh
dunia? Apakah semua orang masih mau menerima ketidak sempurnaan dalam diri
orang lain? Apakah orang yang ku cintai masih mau mencintaiku setelah tau bahwa
diriku tidak sempurna lagi? Jangan berkata bahwa tidak ada yang sempurna
didunia ini, karena semua orang mencari kesempurnaan yang sesungguhnya tidak
ada.
Slama
ini dunia mengagungkan keabadian cinta, cinta yang tak pernah mati, cinta yang
selalu hidup hingga akhir dunia. Namun ternyata cinta itu pudar karena keditak
sempurnaan yang ditemukan dari orang yang dicintai. Sudah kutelusuri seluruh
jalan yang berbatu dan berharap berjalan diatas jalan beraspal Saat ku temukan
jalan yang beraspal, aku serasa tetap berjalan diatas bebatuan yang tajam.
Kuikuti jalannya waktu diatas jalan berbatu, kutebarkan senyum sepanjang jalan
namun mereka tak melihat senyum itu. Kini kucoba tegakkan hatiku, namun semua
itu terlalu sesakkan nafasku. Dapatkah mereka mendengar tangisan dan ratapan
kesedihan ini? Lihatlah bentangan sayapku yang kokoh selama ini dan dengarkan
senandung kesedihan yang ditiupkan oleh sayapku, rasakanlah perasaan hati yang
telah hancur berkeping-keping dari kesedihan itu. Aku kan tetap menelusuri
sungai yang berbelok-belok untuk mencari jawaban tentang diriku dan keabadian
cinta walaupun jiwaku tak lagi bersamaku dan kakiku tak lagi menyentuh dunia
ini.
0 komentar:
Posting Komentar