Jumat, 22 Juni 2012

Tangismu Awal Penderitaanku


Aku membuka mata dan meneriakkan tangisan yang terdengar oleh kehidupan dunia. Awal aku menatap dan melihat keindahan malam yang akan menjadi teman dalam menjalani kehidupan. Disuatu masa dimana aku terbaring diatas pangkuan penderitaan dan tangisan dari seorang anak adam dan hawa dam sebuah bahtera rumah tangga. Siapa yang menyangka ternyata hidup didunia tak semudah membayangkan kehidupan disurga yang entah apakah atau kapan aku kan kesana? Dikehidupan yang hanya dihiasi dengan senyum, cinta dan kasih sayang.
Disaat aku merangkak dan berjalan dengan keadaan telanjang, sudah dapat kurasakan suasana yang penuh dengan kekerasan. Aku hidup dilingkungan yang tak seorangpun mampu tuk tersenyum. Kubuat mereka yang merasa dewasa untuk tersenyum dari kelucuan seorang anak yang belum memiliki dosa. Kulantunkan sebuah lagu lewat tangisan, namun tak seorangpun yang mau  melirik karya dari seorang anak yang dinggap gagal. Kesombongan seorang manusia yang menilai orang lain dengan harta dan kemewahan menghilangkan keceriaan yang sepatutnya kudapatkan. Aku tidur diatas sebuah lantai tanpa mengenakan busana dan melihat orang yang melahirkanku menjadi budak seorang mertua yang diselimuti dengan keangkuhan.
Kucoba tuk tumbuh dewasa, kucoba mencari kesempurnaan dalam kekuranganku, hingga kutemukan bahwa kehidupan itu indah dengan cinta dan kasih sayang. Kucoba untuk berdiri dan keluar dari pintu kesengsaraan yang selalu menyelimuti hatiku. Kuhibur diri ini dengan senyum yang dipenuhi air mata. Kapan kah saat diamana aku tidak akan mengeluarkan air mata lagi?. Kubangun hati ini dengan air mata, kuberjalan diatas air mata orang-orang yang tertindas, ku makan diatas sampah-sampah penderitaan yang berserakan dan aku tidur diantara tikus-tikus yang mencari makan. Dunia ini terasa sempit dan pengap tanpa nafas keceriaan.
Malam dermi malam kulewati hingga kukeluar dan menghirup udara yang dihangatkan oleh mentari pagi, dan aku yakin didunia  ini masih ada cahaya keceriaan yang belum dijamah oleh tangan-tangan kehidupan. Seorang anak yang keluar dan menemukan kebahagiaan dari hati seorang dara yang menjerumuskannya kedalam perasaan yang dalam dan memperkenalkannya tentang cinta yang slama ini dicarinya. Aku memang haus akan cinta dan kasih sayang, namun sesungguhnya aku sendiri tak tahu cinta seperti apa yang kucari? Kini hatiku dijajah oleh cinta, apakah salah mencari kebahagian lewat cinta? Kujalani cinta demi cinta yang sedikit demi sedikit menghapus luka dan dendam yang membalut hatiku dan keluargaku. Saat ini kulihat seseorang yang berkuasa terbaring diatas ranjang dengan kaki lumpuh. Harusnya aku senang melihat penderitaan dari orang yang telah memperbudak keluargaku, namun mengapa aku tak dapat bahagia diatas penderitaan orang yang menindasku? Aku tak mampu membalas rasa sakit hatiku dan keluargaku. Kini aku sadar, dendam tak akan membuatku bahagia, dendam tak akan mendatangkan keceriaan diwajahku.
Keluarga adalah bagian yang terpenting dalam kehidupan ini. Seorang anak yang berdiri di pinggir jalan dengan sehelai kain yang melekat dibadannya, berharap dan merindukan belaian kasih sayang dari orang tua mereka yang telah tiada. Sedangkan aku selalu tertawa dan tidak pernah menghiraukan keadaan orang tuaku. Tak ada kata terlambat buatnya untuk menghidupi anaknya. Namun aku tak pernah sadar akan semua itu. Kuucapkan kata-kata yang membuat mereka menangis dan merasa terluka, tetapi mereka hanya diam menahan tangis yang akan berkepanjangan. Aku hidup dari kegelapan rahim seorang ibu dan dari keringat seorang ayah. Namun hatiku tetap buta akan hal itu, kusentuh mereka dengan tanganku yang kotor, ku berbicara dengan mulutku yang berbisa, dan kuinjak mereka dengan kakiku yang penuh dengan kotoran binatang.
Apakah mereka yang telah kehilangan orang tua, dulunya pernah melakukan hal yang sama dengan apa yang aku lakukan? Apakah mereka merasakan kepedihan dari hati orang yang telah berjuang untuk menghidupinya? Kemarin aku adalah burung yang bebas, aku berpindah-pindah diantara sungai-sungai dan berenang diangkasa.
Saat sore tiba aku melihat bentangan kain kafan yang menyelimuti orang yang telah berjuang untuk menghidupiku. Tak sempat kuucapkan sepatah kata yang bisa membuat mereka tersenyum. Kini tak sempat lagi kubalas keringat yang mereka keluarkan untukku. Kurasakan kesepian saat mereka tak ada, kuteteskan air mata penyesalan dalam kesendirianku. Ku hanya dapat memandangi gambar dari balik bingkai yang tak kurasakan lagi kehangatannya. Kini akupun berada dijalanan dan merindukan kasih sayang yang dulunya kucampakkan.  
Wahai penciptaku, apakah aku adalah anak yang durhaka kepada kedua orang tuakua? Apakah begitu besar dosa yang telah kuperbuat kepada mereka? Tuhan, saat ini aku telah hidup sendiri tanpa mereka disisiku. Mengapa kau tak memberikan kesempatan kepadaku tuk memohon maaf atas kata-kata yang telah kukelureakan dari mulutku yang berbisa ini? Engkau maha besar ya Allah, pertemukan aku dengan mereka, biarkan aku bersujud dan mencium telapak kaki mereka… Apakah ini balasan yang kau berikan dari perbuatanku?
Wahai penciptaku, berikanlah kebahagian kepada mereka yang menyayangi orang tuanya. Jadikanlah mereka anak yang berbakti.                        




2
 


1
 

1 komentar:

  1. Mantap bro.. main ke tempat saya juga ya... http://itsarbolo.wordpress.com/beranda/

    BalasHapus