Aku membuka mata
dan meneriakkan tangisan yang terdengar oleh kehidupan dunia. Awal aku menatap
dan melihat keindahan malam yang akan menjadi teman dalam menjalani kehidupan.
Disuatu masa dimana aku terbaring diatas pangkuan penderitaan dan tangisan dari
seorang anak adam dan hawa dam sebuah bahtera rumah tangga. Siapa yang
menyangka ternyata hidup didunia tak semudah membayangkan kehidupan disurga
yang entah apakah atau kapan aku kan
kesana? Dikehidupan yang hanya dihiasi dengan senyum, cinta dan kasih sayang.
Disaat aku merangkak dan berjalan dengan keadaan
telanjang, sudah dapat kurasakan suasana yang penuh dengan kekerasan. Aku hidup
dilingkungan yang tak seorangpun mampu tuk tersenyum. Kubuat mereka yang merasa
dewasa untuk tersenyum dari kelucuan seorang anak yang belum memiliki dosa.
Kulantunkan sebuah lagu lewat tangisan, namun tak seorangpun yang mau melirik karya dari seorang anak yang dinggap
gagal. Kesombongan seorang manusia yang menilai orang lain dengan harta dan
kemewahan menghilangkan keceriaan yang sepatutnya kudapatkan. Aku tidur diatas
sebuah lantai tanpa mengenakan busana dan melihat orang yang melahirkanku
menjadi budak seorang mertua yang diselimuti dengan keangkuhan.
Kucoba
tuk tumbuh dewasa, kucoba mencari kesempurnaan dalam kekuranganku, hingga
kutemukan bahwa kehidupan itu indah dengan cinta dan kasih sayang. Kucoba untuk
berdiri dan keluar dari pintu kesengsaraan yang selalu menyelimuti hatiku.
Kuhibur diri ini dengan senyum yang dipenuhi air mata. Kapan kah saat diamana
aku tidak akan mengeluarkan air mata lagi?. Kubangun hati ini dengan air mata,
kuberjalan diatas air mata orang-orang yang tertindas, ku makan diatas
sampah-sampah penderitaan yang berserakan dan aku tidur diantara tikus-tikus
yang mencari makan. Dunia ini terasa sempit dan pengap tanpa nafas keceriaan.
Malam dermi malam kulewati hingga kukeluar dan
menghirup udara yang dihangatkan oleh mentari pagi, dan aku yakin didunia ini masih ada cahaya keceriaan yang belum
dijamah oleh tangan-tangan kehidupan. Seorang anak yang keluar dan menemukan
kebahagiaan dari hati seorang dara yang menjerumuskannya kedalam perasaan yang
dalam dan memperkenalkannya tentang cinta yang slama ini dicarinya. Aku memang
haus akan cinta dan kasih sayang, namun sesungguhnya aku sendiri tak tahu cinta
seperti apa yang kucari? Kini hatiku dijajah oleh cinta, apakah salah mencari
kebahagian lewat cinta? Kujalani cinta demi cinta yang sedikit demi sedikit
menghapus luka dan dendam yang membalut hatiku dan keluargaku. Saat ini kulihat
seseorang yang berkuasa terbaring diatas ranjang dengan kaki lumpuh. Harusnya
aku senang melihat penderitaan dari orang yang telah memperbudak keluargaku,
namun mengapa aku tak dapat bahagia diatas penderitaan orang yang menindasku?
Aku tak mampu membalas rasa sakit hatiku dan keluargaku. Kini aku sadar, dendam
tak akan membuatku bahagia, dendam tak akan mendatangkan keceriaan diwajahku.
Keluarga adalah bagian yang terpenting dalam
kehidupan ini. Seorang anak yang berdiri di pinggir jalan dengan sehelai kain
yang melekat dibadannya, berharap dan merindukan belaian kasih sayang dari
orang tua mereka yang telah tiada. Sedangkan aku selalu tertawa dan tidak
pernah menghiraukan keadaan orang tuaku. Tak ada kata terlambat buatnya untuk
menghidupi anaknya. Namun aku tak pernah sadar akan semua itu. Kuucapkan
kata-kata yang membuat mereka menangis dan merasa terluka, tetapi mereka hanya
diam menahan tangis yang akan berkepanjangan. Aku hidup dari kegelapan rahim
seorang ibu dan dari keringat seorang ayah. Namun hatiku tetap buta akan hal
itu, kusentuh mereka dengan tanganku yang kotor, ku berbicara dengan mulutku
yang berbisa, dan kuinjak mereka dengan kakiku yang penuh dengan kotoran
binatang.
Apakah mereka yang telah kehilangan orang tua,
dulunya pernah melakukan hal yang sama dengan apa yang aku lakukan? Apakah
mereka merasakan kepedihan dari hati orang yang telah berjuang untuk
menghidupinya? Kemarin aku adalah burung yang bebas, aku berpindah-pindah
diantara sungai-sungai dan berenang diangkasa.
Saat sore tiba aku melihat bentangan kain kafan yang menyelimuti orang yang telah berjuang untuk menghidupiku. Tak sempat kuucapkan sepatah kata yang bisa membuat mereka tersenyum. Kini tak sempat lagi kubalas keringat yang mereka keluarkan untukku. Kurasakan kesepian saat mereka tak ada, kuteteskan air mata penyesalan dalam kesendirianku. Ku hanya dapat memandangi gambar dari balik bingkai yang tak kurasakan lagi kehangatannya. Kini akupun berada dijalanan dan merindukan kasih sayang yang dulunya kucampakkan.
Saat sore tiba aku melihat bentangan kain kafan yang menyelimuti orang yang telah berjuang untuk menghidupiku. Tak sempat kuucapkan sepatah kata yang bisa membuat mereka tersenyum. Kini tak sempat lagi kubalas keringat yang mereka keluarkan untukku. Kurasakan kesepian saat mereka tak ada, kuteteskan air mata penyesalan dalam kesendirianku. Ku hanya dapat memandangi gambar dari balik bingkai yang tak kurasakan lagi kehangatannya. Kini akupun berada dijalanan dan merindukan kasih sayang yang dulunya kucampakkan.
Wahai
penciptaku, apakah aku adalah anak yang durhaka kepada kedua orang tuakua? Apakah
begitu besar dosa yang telah kuperbuat kepada mereka? Tuhan, saat ini aku telah
hidup sendiri tanpa mereka disisiku. Mengapa kau tak memberikan kesempatan
kepadaku tuk memohon maaf atas kata-kata yang telah kukelureakan dari mulutku
yang berbisa ini? Engkau maha besar ya Allah, pertemukan aku dengan mereka,
biarkan aku bersujud dan mencium telapak kaki mereka… Apakah ini balasan yang
kau berikan dari perbuatanku?
Wahai
penciptaku, berikanlah kebahagian kepada mereka yang menyayangi orang tuanya.
Jadikanlah mereka anak yang berbakti.
|
|
Mantap bro.. main ke tempat saya juga ya... http://itsarbolo.wordpress.com/beranda/
BalasHapus